May 24, 2016

Wedding Day 2: Resepsi

Setelah 2tahun 1bulan momennya terlewati dan berjarak 1tahun sejak postingan Akad Nikah *lamanyaaaa...ampun* akhirnya postingan tentang resepsi pernikahan ditampilkan.

Resepsi adalah acara terakhir setelah semua rangkaian upacara selesai. Karena kami memutuskan untuk melaksanakan upacara dengan upacara adat Jawa, maka setelah Ijab Qobul selesai, kami harus melakukan upacara Panggih terlebih dahulu sebelum para tamu undangan hadir. Dan karena Ijab Qobul agak mundur beberapa waktu karena satu dan lain hal, sedangkan busana Panggih dan resepsi direncana memakain setelan, make up serta hairdo yang berbeda, maka pagi itu menjadi pagi yang seru dan thrilling karena kami berlomba dengan waktu (syaaaah...). and this is uor wishful wedding (reception) story......

 


Prosesi puncak upacara pernikahan kami diadakan tepat setelah prosesi akad nikah berlangsung. Kebetulan kami mengambil lokasi di dalam kompleks gedung Pesantren H. Djunaid di Pekalongan yang di dalamnya--selain ada masjid, asrama dan bangunan pendidikan--ada hall serbaguna yang memang menjadi "langganan" penduduk Pekalongan untuk melaksanakan resepsi pernikahan. Dari area masjid, rombongan langsung menuju backstage untuk dirias kembali serta berganti pakaian. Waktu untuk "mengganti" riasan ini bisa dibilang cukup sempit, karena sebelum resepsi, kami harus melaksanakan prosesi Panggih terlebih dahulu yang notabene (karena keinginan mempelai putri a.k.a yang punya blog ini) kostumnya beda dengan kostum resepsi...hihihi...ribet sendiri kaaaan.

Proses upacara Panggih dalam pernikahan adat Jawa dilaksanakan setelah Ijab Qobul selesai. Di dalamnya terdapat beberapa rangkaian kegiatan yang dilakukan kedua mempelai beserta orang tua. Diawali dengan kedua mempelai "dipertemukan" dan saling berhadapan untuk saling melempar sirih yang berisi harapan agar semua halangan dan godaan di antara keduanya hilang terkena lemparan tersebut.




Lalu setelah saling melempar sirih, kedua mempelai mendekat agar mempelai putri bisa sungkem kepada mempelai putra untuk menunjukkan bakti terhadap suami, yang diikuti dengan prosesi Ngidak Endhog yakni mempelai putra menginjak telur dan kemusian dibersihkan/dicuci oleh mempelai putri. Ngidak Endhog memiliki arti sebagai lambang seksual kedua mempelai yang telah "pecah" pamornya.



Prosesi berikutnya adalah menyampirkan kain ke bahu kedua mempelai dan kemudian digiring oleh ayah mempelai putri ke arah pelaminan. Prosesi yang disebut Sindur ini memberikan harapan agar kedua mempelai pantang menyerah dalam menghadapi segala masalah yang mungkin dihadapi di kemudian hari sebagai pasangan suami istri.Segera setelah tiba di atas pelaminan, kedua mempelai duduk dipangku oleh sang Ayah di pangkuan kanan dan kiri sebagai bagian dari prosesi Timbangan.





Kedua mempelaipun didudukkan berdua di pelaminan tanda siap menjalani kehidupan rumah tangga berdua. Kemudian disiapkan dua helai kain untuk dipegang masing-masing mempelai. Kain pada mempelai pria "mengucurkan" uang yang diterima oleh kain mempelai wanita. Prosesi Kacar-kucur ini lambang dari tanggung jawab seorang pria untuk menafkahi keluarganya. Rangkaian prosesi Panggih kemudian ditutup dengan Dulangan yang mencerminkan kemesraan antara suami-istri nantinya.




Selanjutnya kedua mempelai Sungkeman kepada keempat orang tua sebagai ungkapan bakti dan meminta doa restu untuk mengarungi bahtera rumah tangga.



Memasuki acara resepsi--setelah berganti pakaian dan touch up riasa--kami kembali ke hall (lagi), yang kali ini berjalan bersisian sebagai suami istri. Mengenakan kebaya dan beskap berwarna off-white, bergandengan tangan lalu duduk berdampingan di pelaminan menunggu dan menyambut tamu undangan.



Hari itu saya bahagia dan bersyukur dipertemukan dengan mas Bayu......dan saat ini, 23 Mei, si mempelai pria di foto tepat berumur 29 tahun. Mempelai pria yang sudah menjadi suami terbaik untukku dan contoh teladan untuk Haidar. Barakallah fii umrik wa hayati. Tetaplah jadi pekerja keras yang ikhlas. Pemimpin yang sabar. 3d artist yang terus belajar. Hamba Allah yang pandai bersyukur. ....dan semua semua semua doa baik untukmu Rizal Bayu Ramadhan....

i always say this again and again and again

Being with you is such a hard thing to do, but without you is harder....if i have a second chance to choose who i would marry with....the answer is still you, my Rizal Bayu. I love you, fillah. 


post signature
Pin ThisShare on TumblrShare on Google PlusEmail This

No comments:

Post a Comment